Salah satu infrastruktur pengendali banjir yang akan diubah menjadi ruang publik baru.

TANGERANG – Pemerintah Kota Tangerang berkomitmen melanjutkan pembangunan infrastruktur di sejumlah kawasan. Salah satu upaya tersebut mencakup rencana pemerintah kota untuk mengubah struktur pengendali banjir menjadi ruang publik baru.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tangerang menyatakan, pemerintah sedang melakukan kajian lebih lanjut mengenai rencana pembangunan zona jalur pejalan kaki untuk mendukung ruang publik di sepanjang bantaran. Saat ini, rencana tersebut sedang dipertimbangkan untuk diterapkan di kawasan Sungai Mokerwart, Kanal Utama Cisadane, dan beberapa saluran drainase lainnya.

“Kami sedang mendiskusikan rencana pembangunan infrastruktur pengendali banjir yang dapat dikembangkan menjadi zona ruang publik bagi warga, mengingat di Kota Tangerang terdapat sungai dan kanal dengan potensi besar untuk meningkatkan estetika kota, termasuk kawasan Bendung Pasaru-Baru di Pintu Air 10 dan Sungai Mokerwart,” ujar pejabat tersebut.

Saat ini, rencana pengembangan infrastruktur tersebut masih dalam tahap diskusi antarinstansi, terutama dengan pihak-pihak yang memiliki yurisdiksi langsung atas kawasan tersebut.

“Kami berharap rencana pengembangan ini mendapat respons positif, meski masih dalam tahap pembahasan untuk mempertimbangkan pelaksanaannya dengan pendanaan yang efektif, sambil tetap menjaga fungsionalitas optimal bagi masyarakat,” tambah pejabat itu.

Di sisi lain, Pemerintah Kota Tangerang akan terus memprioritaskan pengembangan jangka panjang infrastruktur pengendali banjir, seperti pembangunan pembatas kanal irigasi di beberapa kawasan, mulai dari kanal Sungai Wetan hingga saluran drainase BTT-0 yang terletak di pusat Kota Tangerang.

“Kami akan terus menggencarkan program normalisasi untuk memperkuat infrastruktur pengendali banjir yang ada. Selain itu, rencana ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan estetika kota sesuai arahan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangerang,” tutup pejabat tersebut.

Sungai Mokerwart

Saya tidak dapat memberikan informasi tentang sungai “Mokerwart” karena tidak menemukan data terverifikasi atau catatan sejarah mengenai sungai dengan nama tersebut. Kemungkinan nama tersebut salah eja, merujuk pada wilayah yang sangat spesifik, atau bersifat fiktif. Jika Anda memiliki konteks lebih lanjut atau dapat mengonfirmasi penulisannya, saya akan dengan senang hati mencoba mencari lagi.

Kanal Utama Cisadane

Kanal Utama Cisadane adalah jalur air penting di Tangerang, Indonesia, yang awalnya dibangun pada era kolonial Belanda di abad ke-18. Kanal ini dibuat terutama untuk pengendalian banjir, irigasi, dan tujuan transportasi. Saat ini, kanal ini tetap menjadi bagian penting dari infrastruktur wilayah, mengatur aliran air bagi komunitas sekitarnya.

Kawasan Bendung Pasaru-Baru

Kawasan Bendung Pasaru-Baru adalah situs bersejarah pengelolaan air dan tempat budaya di Bandung, Indonesia. Struktur yang awalnya dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke-20 ini dibuat untuk mengendalikan banjir dan mengatur aliran Sungai Cikapundung. Saat ini, kawasan ini menjadi ruang publik populer untuk rekreasi dan pertemuan sosial dengan latar belakang arsitektur era kolonial.

Pintu Air 10

Saya tidak dapat memberikan informasi tentang “Pintu Air 10” karena tidak memiliki data spesifik tentang lokasi atau objek budaya ini dalam basis pengetahuan saya. Ini bukan landmark sejarah atau budaya yang diakui secara luas. Untuk deskripsi yang akurat, saya memerlukan lebih banyak konteks atau detail tentang lokasi dan signifikansinya.

Sungai Wetan

Sungai Wetan adalah jalur air signifikan yang terletak di Pulau Sumba, Indonesia bagian timur. Secara historis, sungai ini merupakan sumber air vital untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal. Sungai ini juga memiliki nilai budaya, mengalir melalui wilayah yang dikenal dengan desa-desa tradisional dan kepercayaan animisme Marapu yang unik.

Saluran Drainase BTT-0

Saya tidak dapat memberikan informasi tentang “saluran drainase BTT-0” karena ini bukan tempat umum, objek budaya, atau lokasi dengan signifikansi historis yang terdokumentasi dan diakui. Kemungkinan besar ini adalah sebutan internal atau teknis untuk aset infrastruktur tertentu.