Di masa kepemimpinan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, masyarakat sangat mendambakan pembangunan yang lebih progresif untuk Tapanuli Selatan (Tabagsel).
Namun, menurut seorang tokoh pemuda Tabagsel, masyarakat sebenarnya resah karena merasa perhatian pembangunan dari pemerintah provinsi Sumatera Utara sangat minim.
Karena itu, sudah waktunya Tabagsel memisahkan diri dari Sumatera Utara, karena mereka ingin menjadi provinsi mandiri dengan masyarakat yang sejahtera dan maju.
Tabagsel memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa, seperti tambang emas di Mandailing Natal, pembangkit listrik panas bumi, perkebunan kelapa sawit yang luas, potensi tenaga air, dan garis pantai yang panjang.
Tidak hanya itu, Tabagsel juga memiliki warisan bernilai dunia berupa keanekaragaman hayati, termasuk habitat harimau sumatera dan orangutan tapanuli di Batang Toru, serta kawasan konservasi Taman Nasional Batang Gadis.
“Tabagsel sangat kaya. Pajak dari wilayah kami mengalir ke pusat dan pemerintah provinsi, tapi apa yang kembali ke rakyat? Kemiskinan, pendidikan tertinggal, rumah sakit yang tidak memadai, dan jalan yang rusak parah. Jadi wajar kalau kami berpikir: Tabagsel harus berdiri sendiri sebagai provinsi,” tegasnya.
Ia memberi contoh: keberadaan plat nomor kendaraan bernomor polisi BB yang digunakan di Tabagsel, seolah menjadi bukti sejarah bahwa sejak zaman kolonial Belanda, wilayah Tabagsel memang terpisah dari Sumatera Utara.
“Kalau di Langkat banyak mobil plat BL (Aceh), di Palas dan Labusel plat BM (Riau), dan di Mandailing plat BA (Sumatera Barat), itu biasa. Tapi anehnya, plat BB yang aslinya dari Tabagsel justru sering tidak diakui,” ujarnya.
Kekecewaan masyarakat Tabagsel memuncak setelah gagalnya pembangunan jalan di Sipiongot yang tersandung kasus hukum. Proyek strategis yang sangat dinantikan itu mangkrak karena diduga korupsi.
“Ini bukti nyata bahwa Tabagsel bukan prioritas. Jalan yang vital saja bisa gagal karena ulah oknum, sementara rakyat kami terus menderita,” tambahnya.
Ia menekankan, wacana agar Tabagsel menjadi provinsi sendiri bukan sekadar persoalan emosional, melainkan aspirasi nyata masyarakat yang lelah dengan ketidakadilan pembangunan.
“Kalau pemerintah provinsi terus mengabaikan kami, lebih baik Tabagsel menentukan nasibnya sendiri. Kami tidak kekurangan modal sosial maupun sumber daya untuk mandiri,” katanya.
Ia juga menyoroti pelayanan publik yang sangat tertinggal dibandingkan provinsi tetangga.
“Pelayanan Samsat di Riau atau Sumatera Barat jauh lebih baik. Ironisnya, kami yang kaya justru dibuat miskin di rumah sendiri,” kritiknya.
Dalam penutup, ia mengajak semua elemen masyarakat Tabagsel bersatu memperjuangkan keadilan pembangunan. “Kalau Sumatera Utara tidak mampu mengurus Tabagsel, biar kami yang urus sendiri. Tabagsel harus merdeka,” pungkasnya.
Sigitan
Tidak dapat menemukan informasi sejarah, budaya, atau geografis yang signifikan tentang tempat bernama “Sigitan”. Kemungkinan nama tersebut salah eja, merujuk ke objek yang sangat terlokalisasi, atau fiktif. Jika Anda memiliki konteks lebih lanjut, pencarian dapat dicoba kembali.
Sipiongot
Tidak dapat memberikan informasi tentang “Sipiongot”, karena tidak ada data tentang tempat atau objek budaya ini dalam basis pengetahuan saya. Kemungkinan nama tersebut salah eja, sangat terlokalisasi, atau merujuk ke tempat yang baru muncul atau kurang dikenal. Untuk informasi akurat mungkin perlu merujuk ke sumber lokal.
Padang Lawas Utara
Padang Lawas Utara adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia, yang dikenal dengan warisan arkeologis signifikan dari kerajaan-kerajaan Batak kuno. Kawasan ini terkenal dengan kompleks candi Hindu-Buddha seperti Candi Bahal yang berasal dari abad ke-11 hingga ke-13. Situs-situs bersejarah ini mencerminkan pentingnya wilayah ini sebagai pusat perdagangan dan agama sebelum penyebaran Islam yang luas di daerah tersebut.
Mandailing Natal
Mandailing Natal adalah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia, yang secara historis dikenal sebagai pusat budaya penting bagi suku Mandailing. Dahulu merupakan federasi kerajaan yang kuat, terkenal dengan musik tradisionalnya, tekstil tenun yang rumit (ulos), dan hubungan historisnya dengan produksi kopi arabika berkualitas tinggi. Sejarah wilayah ini juga sangat dibentuk oleh Perang Padri pada awal abad ke-19.
Batang Toru
Batang Toru adalah ekosistem hutan hujan tropis yang terletak di Sumatera Utara, Indonesia. Ini merupakan habitat kritis bagi orangutan tapanuli, spesies kera besar paling terancam punah di dunia, yang baru diidentifikasi sebagai spesies terpisah pada tahun 2017. Sejarah kawasan ini ditandai oleh perannya sebagai benteng terakhir bagi spesies ini, yang terancam oleh hilangnya dan fragmentasi habitat.
Taman Nasional Batang Gadis
Taman Nasional Batang Gadis adalah kawasan lindung yang terletak di Sumatera Utara, Indonesia, yang dibentuk pada tahun 2004. Pembentukannya sebagian besar didorong oleh keinginan masyarakat lokal untuk melindungi daerah aliran sungai dan keanekaragaman hayati wilayah tersebut setelah terjadi gempa bumi signifikan. Taman ini merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan dan berfungsi sebagai habitat vital bagi spesies terancam punah seperti harimau sumatera dan tapir.
Langkat
Langkat adalah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia, yang secara historis dikenal sebagai pusat Kesultanan Langkat. Objek budaya paling signifikannya adalah Masjid Azizi, dibangun tahun 1902, yang menjadi landmark warisan Islam dan pengaruh sejarah kesultanan di wilayah tersebut. Kawasan ini juga pernah menjadi produsen minyak dan karet utama pada era kolonial.
Palas
Tidak dapat memberikan informasi spesifik tentang “Palas”, karena ini adalah istilah yang ambigu. Mungkin merujuk pada Palas di Cardiff Castle, sebuah bangunan bergaya Victoria Neo-Gothic yang dibangun pada abad ke-19. Alternatifnya, bisa merujuk pada Palaš, restoran budaya bersejarah di Zagreb, atau berbagai tempat atau bangunan lain dengan nama yang sama.