JAKARTA – Band alternative pop KITANA kembali menyapa pecinta musik dengan karya terbaru berjudul “Salah Arah”, sebuah lagu yang bercerita tentang cinta indah yang datang di waktu yang salah. Lagu ini merupakan curahan hati bagi siapa saja yang pernah mencintai tanpa mampu memilikinya.

Dibekali dengan aransemen alternative pop yang hangat dan lirik yang menyentuh, “Salah Arah” menggambarkan perjalanan emosional seseorang yang berjuang melepaskan cinta tanpa kepastian. Lagu ini resmi dirilis pada 15 November 2025, di seluruh platform musik digital.

“Salah Arah” lahir dari pengalaman nyata perasaan yang tersesat antara cinta dan realita. Liriknya ditulis dengan refleksi mendalam dan kejujuran.

“Terkadang cinta bukan soal siapa yang paling tulus, tapi siapa yang paling tepat waktunya,” demikian disampaikan. “‘Salah Arah’ adalah tentang mencintai seseorang yang tidak seharusnya dikejar, tapi sulit untuk dilepaskan.”

KITANA digawangi oleh tiga anggota inti: Yamo sebagai vokalis, Khaka pada gitar dan sebagai produser, serta Kiki yang menyediakan instrumentasi tambahan. Band ini terbentuk enam tahun lalu dan dikenal dengan gaya musik alternative pop yang jujur dan emosional.

Sebelum “Salah Arah”, KITANA menarik perhatian publik dengan single debut mereka “Hanyalah Dirimu”, lagu sederhana namun penuh makna tentang cinta tulus yang membuat seseorang percaya satu nama saja cukup untuk melengkapi hidup.

Jika “Hanyalah Dirimu” menghadirkan suasana lembut dan penuh harapan, “Salah Arah” menandai titik balik dalam perjalanan musik mereka—menghadirkan sisi kelam dari cinta yang tak kesampaian. Melodi melankolis dan sentuhan gitar akustik memperkuat pesan emosional di dalamnya.

Sang vokalis, yang juga dikenal sebagai figur populer di TikTok, menyampaikan lagu ini dengan karakter vokal yang dalam dan emosional. “Lagu ini berat bagi saya karena liriknya terasa begitu nyata,” ujar vokalis.

Sementara itu, Kiki, mantan anggota The Salemba Band yang terlibat dalam produksi bass, menambah warna baru pada dinamika musik KITANA. Kolaborasi ini menghasilkan komposisi yang seimbang antara kekuatan emosi dan keindahan aransemen.

Video musik “Salah Arah” juga menarik perhatian dengan visual sinematik dan simbolisme yang kuat. Video itu menggambarkan perjalanan seseorang yang berjuang memahami kehilangan, dengan adegan-adegan puitis yang melukiskan kebingungan hati.

Konsep visual video musik terinspirasi dari perjalanan emosional banyak orang yang tersesat dalam cinta. “Kami ingin video ini terasa seperti cermin bagi siapa pun yang menonton,” demikian pernyataan mereka.

Band yang berada di bawah label independen ini menegaskan kembali komitmennya untuk terus menghasilkan karya autentik yang dekat dengan realita perasaan manusia. Bagi mereka, musik bukan sekadar hiburan, tapi cara untuk menyembuhkan luka batin.

“Jika dulu kami bernyanyi untuk seseorang yang kami percayai,” tambah mereka, “kini kami bernyanyi untuk seseorang yang akhirnya harus kami lepaskan.”

Perjalanan musik KITANA terasa seperti buku harian tentang cinta—dari kehangatan harapan hingga kepahitan perpisahan. Dari “Hanyalah Dirimu” ke “Salah Arah”, mereka menegaskan bahwa cinta bukan hanya tentang pertemuan, tapi juga keberanian untuk mengakui kekalahan dari waktu.

Lagu “Salah Arah” tersedia di Spotify, Apple Music, Joox, dan YouTube Music mulai 15 November 2025. Video musik resminya juga akan tayang perdana di kanal YouTube KITANA Official.

Melalui lagu ini, KITANA berharap pendengar dapat menemukan refleksi diri, bahkan di tengah nestapa hati yang tak terucap. Sebab setiap cinta, sesingkat apa pun, pasti meninggalkan pelajaran tentang arah pulang yang sesungguhnya.

Band ini juga berencana merilis mini-album dalam waktu dekat, melanjutkan tema perjalanan cinta dan kehilangan yang menjadi benang merah dalam karya-karya mereka.

Dengan karakternya yang khas, KITANA sekali lagi menunjukkan bahwa musik terbaik selalu lahir dari kejujuran hati. Dan kali ini, mereka bernyanyi bukan untuk dimiliki, tapi untuk dikenang.

KITANA

“Kitana” tidak merujuk pada tempat bersejarah atau situs budaya utama yang diakui secara luas. Kemungkinan merupakan salah eja atau referensi ke lokasi fiksi. Jika yang dimaksud adalah **Kitani**, sebuah wilayah di Jepang, atau **Kittanning**, sebuah wilayah di Pennsylvania dengan sejarah Penduduk Asli Amerika, harap diperjelas untuk ringkasan yang lebih akurat.

Salah Arah

“Salah Arah” bukanlah situs sejarah atau budaya yang diakui secara luas. Nama ini diterjemahkan dari bahasa Arab sebagai “Arah yang Salah” dan umum digunakan dalam konteks humor atau metafora di beberapa wilayah untuk menggambarkan lokasi atau situasi yang membingungkan. Oleh karena itu, tidak memiliki sejarah yang terdokumentasi sebagai landmark tertentu.

Hanyalah Dirimu

“Hanyalah Dirimu” bukanlah tempat fisik atau situs budaya mapan yang dikenal; tampaknya ini adalah frasa umum dalam bahasa Indonesia yang berarti “Hanya Kamu”, sering digunakan dalam judul lagu, puisi, atau karya seni. Tanpa konteks geografis atau historis spesifik, frasa ini tidak dapat diringkas sebagai situs budaya.

TikTok

TikTok adalah platform media sosial global berbagi video pendek yang diluncurkan pada 2016 oleh perusahaan China ByteDance. Platform ini berkembang dari penggabungan dengan aplikasi Musical.ly dan dengan cepat menjadi kekuatan dominan dalam budaya digital, dikenal dengan konten yang digerakkan algoritma dan tren viral. Meskipun bukan situs fisik, TikTok berfungsi sebagai hub budaya virtual utama yang sangat mempengaruhi musik, fashion, dan wacana internet kontemporer di seluruh dunia.

The Salemba Band

“The Salemba Band” bukanlah tempat bersejarah atau situs budaya yang diakui. Kemungkinan ini adalah referensi ke grup musik atau ensembel lokal, mungkin dari daerah Salemba di Jakarta, Indonesia, yang dikenal sebagai lokasi Universitas Indonesia. Tanpa konteks historis lebih lanjut yang spesifik, tidak mungkin memberikan ringkasan tentangnya sebagai landmark budaya.

Spotify

Spotify adalah layanan streaming musik digital Swedia yang didirikan pada 2006, yang merevolusi akses musik dengan menawarkan katalog luas sesuai permintaan melalui model gratis dan berlangganan. Layanan ini berkembang dari startup yang memerangi pembajakan menjadi platform audio global, yang sekarang juga menghosting podcast dan buku audio, secara fundamental mengubah cara orang menemukan dan mengonsumsi musik.

Apple Music

Apple Music adalah layanan streaming musik berbasis langganan yang diluncurkan oleh Apple Inc. pada 2015, dibangun di atas warisan platform iTunes yang revolusioner. Layanan ini memungkinkan pengguna mengakses katalog musik sesuai permintaan yang luas, daftar putar kurasi, dan stasiun radio, termasuk stasiun global langsung Beats 1.

YouTube Music

YouTube Music adalah layanan streaming musik yang diluncurkan oleh YouTube pada 2015, berevolusi dari langganan “Music Key” sebelumnya. Layanan ini memanfaatkan pustaka video YouTube yang luas dan trek audio resmi untuk menawarkan katalog unik yang mencakup konten yang diunggah pengguna, pertunjukan langsung, dan remix di samping rekaman studio standar. Platform ini merepresentasikan evolusi digital modern dalam konsumsi musik, mengintegrasikan aspek visual dan komunitas dari situs induknya ke dalam pengalaman musik khusus.